Seorang mantan laskar FPI memutuskan untuk keluar dari FPI dan menjadi Banser. Pria ini bernama Bahrun, peserta DTD yang sangat aktif dan juga sangat hafal banyak surah karena dia juga seorang santri di Kaliwungu Kendal.
Tidak semua pemuda punya kesadaran seperti Bahrun, dan perlu diketahui bahwa dia pernah bergabung FPI karena FB dan Grup WA, dia menjadi kagum dengan keberanian “Singa Petamburan” melalui konten-konten yang dishare via FB dan WAG. Akhirnya dia memutuskan untuk bergabung dengan laskar dan ikut pengajian.
Ketika bergabung dengan Laskar FPI, yang ada dalam pikirannya adalah dia akan mendapatkan seorang guru yang nantinya dia akan berkhidmat untuk Agama Islam, dia pergi dari kampung halamannya di Brebes dan dia hijrah ke Jakarta, kemudian mulai ikut bergabung dan mengaji, namun akhirnya dia memutuskan untuk keluar dari Laskar FPI.
Alasan yang membuat dia yakin bahwa dia harus keluar adalah karena kajian isi pengajiannya bukan berisi tausyiah yang memberikan kedamaian tapi justru bermuatan politik yang sangat keras dengan balutan agama dan juga hinaan untuk Jokowi sebagai Presiden yang sah, dan tak cukup hanya hinaan saja tapi juga justifikasi dengan potongan ayat-ayat suci.
Beruntungnya adalah, Bahrun pernah mondok selama 5 tahun di Kaliwungu Kendal, sehingga untuk urusan ayat-ayat yang digunakan sebagai pembenaran dapat dia cerna dengan baik dan langsung ketahuan kalau itu cuma politisasi ayat saja.
Tapi sayangnya, ada ratusan pemuda yang tidak pernah ngaji dan ABG-ABG eksis yang bangga dengan jubah putih dan lantang menyuarakan perlawanan pada pemerintah dengan alasan “Jihad” dan mereka merasa dijalur yang benar sehingga tetap bertahan.
Bahrun mengatakan bahwa masih banyak teman-teman seangkatannya yang masih berbangga di laskar dan berjihad, padahal mereka hanya digunakan sebagai elemen kekuatan massa untuk legitimasi politis saja. Itulah kisah yang bisa saya dapatkan dari obrolan dengan sahabat Bahrun.
Sumber: Banser Ndeso
HALAMAN SELANJUTNYA: