Ketua Institute Harkat Negeri, Sudirman Said menyatakan Indonesia adalah kesempatan besar bagi pemimpin jujur, berani, dan mampu melakukan terobosan. Sebab Nusantara ini sedang terus tumbuh menata diri.
"Semakin banyak kerumitan berupa masalah dan penyimpangan, semakin besar kesempatannya bagi orang-orang jujur dan berani untuk tampil sebagai pemimpin," ujar Sudirman dalam pesan elektronik yang diterima merdeka.com, Selasa (27/6).
Sudirman menyebutkan, Produk Domestik Bruto Indonesia masih rendah, ketimpangan ekonomi lebar, infrastruktur terbatas, kesulitan hidup terjadi di mana-mana, dan korupsi merajalela.
"Masih ada kesempatan bagi orang baik untuk memperbaiki keadaan," kata Sudirman.
Sebaliknya, lanjut dia, bagi para medioker, orang culas yang percaya pada jalan pintas, koruptor, dan para pemburu rente Indonesia adalah ladang yang makin sempit dan makin terancam.
"Kondisi mereka terancam. Sikap terancam itu sering diwujudkan dengan membangun kesan dan keyakinan: jangan jujur, jangan lurus lurus. Karena mereka percaya hanya hidup kalau keadaan terus kacau," lanjut Sudirman, yang juga Ketua Sinkronisasi Anies-Sandi.
Menurut dia, di banyak negara berkembang selalu ada suasana adu kuat antara pejuang dengan pecundang, antara penjahat dan malaikat, antara penganjur kebaikan vs pelaku perusakan.
"Tampak dari luar kita sering frustrasi. Tapi kalau kita melihat ke belakang, sejarah kita adalah sejarah perjuangan melawan kejahatan. Dan selalu saja yang baik jadi pemenang," imbuh dia.
Sudirman meyakini ada siklus 20 tahun yang akan mengubah Indonesia ke arah yang lebih baik. Tahun 1908 ada kebangkitan nasional. Tahun 1928 pemuda dipersatukan, 1945 Indonesia merdeka dari cengkeraman kolonial jahat, 1965 komunisme dihancurkan, dan 1998 orde baru yang korup tumbang.
"What next di 2018? Niscaya akan terjadi perubahan ke arah yang lebih baik, sebab manusia cenderung pada kebaikan dan perbaikan," tukas pria kelahiran Slatri, Brebes ini lagi. [ded]
HALAMAN SELANJUTNYA: