-->

Selasa, 27 Juni 2017

Terbukti! Anies ‘Gerah’ Setelah Dengar Pidato Obama Mengenai Toleransi

Gubernur terpilih DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan dari mulut bibirnya bahwa ia mengapresiasi pidato Barack Obama dalam Kongres Diaspora Indonesia keempat. Anies dan Obama sempat bertemu di salah satu ruangan untuk berpose bersama dan difoto, sembari berbicara mengenai toleransi.


Untuk kita ketahui bersama, Obama sempat mengatakan di dalam pidato yang dibawakannya, bahwa dunia harus bersama-sama melawan aksi intoleransi. Ini hal yang sebenarnya sudah terjadi pada Pilkada DKI Jakarta yang lalu.

“Dan ketika melihat Candi Borobudur yang merupakan candi Buddha, di tengah negara Muslim, Candi Prambanan yang Hindu dan dilindungi negara Muslim, wayang kulit dan Ramayana di negara Muslim, semangat Indonesia haruslah toleransi. Dan itu juga terlihat dari gereja dan mesjid yang bersebelahan,” – Obama

Aksi intoleransi begitu marak dilakukan oleh para pendukung Anies. Bahkan sempat Haji Djarot Saiful Hidayat diusir dari sebuah masjid, karena pendukung Anies kejang-kejang melihat kehadiran Djarot di masjid sebagai jemaah yang menunaikan kewajiban ibadahnya.

Mungkin Anies merasa tersindir dengan kalimat pidato Obama. Anies yang merasa tersindir, lantas membawa empat anaknya untuk menghampiri Obama di sebuah ruangan, dan dengan alasan berfoto, ia ingin mengklarifikasi hal yang sebenarnya tidak perlu diklarifikasi. Biasa, percakapan dimulai dengan apresiasi yang dilakukan oleh Anies kepada Obama.

“Tadi saya berbicara dengan Pak Obama, saya sampaikan apresiasi pidatonya… Saya bilang kepada beliau masalah toleransi, masalah ketimpangan, itu dua-duanya harus selesai sama-sama dan ketimpangan inilah yang sering saya sampaikan dengan membangun persatuan dengan membereskan ketidakadilan… Keadilan hadir karena keadilan itu mengantarkan kita pada suasana yang damai, saling menghormati, saling menghargai… Jadi sesudah selesai pidato di belakang, saya sempat ngobrol dan sampaikan kepada beliau. Di Jakarta, insyaallah kita akan secara serius memperjuangkan untuk menghadirkan kesejajaran, kesetaraan, keseimbangan, dan keadilan. Dengan cara begitu, maka semangat untuk menjaga persatuan dalam kebinekaan bisa dilakukan…Iya, beliau bilang betul. Dan, menurut Pak Obama, itu nggak bisa sendiri-sendiri, dua-duanya harus bersamaan dan sekarang itu kita nggak bisa berjalan satu saja, harus dua-duanya. Tadi tanggapan beliau begitu…” – Anies

Setelah Obama selesai berbicara mengenai perlawanan terhadap aksi intoleran, Anies menyambangi Obama dan justru melakukan klarifikasi blunder yang semakin memperjelas posisinya di dalam pengertian ceteknya mengenai toleransi. Ia mengatakan kepada Obama bahwa harus ada satu elemen selain menjaga toleransi, yakni masalah saling menghormati. Terlihat sekali di foto yang beredar, Anies terlihat mengajari Obama tentang toleransi, bukan sebaliknya. Hahaha.

Alih-alih ingin memojokkan Ahok – karena memang Ahok dikenal sebagai sosok yang kurang santun dan kurang menghormati DPR – Anies justru sedang memojokkan dirinya sendiri. Semakin ia bicara, justru semakin ia menunjukkan posisinya sebagai seorang gubernur yang memiliki pendukung bermental ontaleran. Intoleransi yang merajalela di Jakarta, tidak lain dan tidak bukan merupakan strategi pemenangan yang dilakukan oleh pendukung Anies.

Anies berada pada pusaran kelompok intoleran yang mulai bangun dari sel-sel tidurnya. Sel-sel tidur para kaum intoleran khususnya para kelompok teroris sudah mulai terlihat beraksi. Saya mengatakan hal ini bukan karena Anies sendiri merupakan orang yang intoleran.

Sampai saat ini memang masih belum ada statement Anies yang menyatakan bahwa dirinya mendukung aksi intoleran. Namun melihat dari ormas-ormas yang mendukungnya, dan partai PKS yang memiliki beberapa kader bermasalah mengenai aksi terorisme, kita tahu bahwa Anies sedang dalam bahaya. Gubernur terpilih DKI Jakarta sedang berada di dalam lingkaran kaum intoleran.

Bukan hanya FPI dan PKS, bahkan Gerindra pun tidak lepas dari cengekaraman aksi intoleransi. FPI  melalui imam besarnya, Rizieq Shihab pernah mengatakan bahwa ISIS adalah saudara dari mereka. Kader PKS pun pernah ditahan karena ada permainan dengan terorisme. Lantas apa kaitan antar Gerindra dan kaum intoleran?

Kita tahu bahwa wakil ketua DPR, Fadli Zon merupakan orang yang secara tidak langsung terlibat di dalamnya. Mengapa saya katakan seperti ini? Saya harus memulainya dengan perlahan-lahan, agar terhindar dari fitnah. Saya akan memberikan fakta mengenai hal ini.

Kata kuncinya adalah RUU Anti Terorisme yang sampai sekarang belum rampung disahkan oleh DPR. RUU Anti Terorisme sudah dikejar oleh Presiden Jokowi, bahkan melalui Menkopolhukam Wiranto, sudah mewanti-wanti DPR untuk segera merampungkan dan mengesahkan RUU Anti Terorisme.

Fadli Zon, Fahri Hamzah, dan Setya Novanto, rasanya tiga orang ini tidak becus di dalam mengurus hal ini. Apakah perlu tunggu sanak saudara mereka yang terkena aksi teror, baru RUU segera disahkan? Inikah yang namanya keberpihakan?

Maka sampai kapanpun, rasanya sulit bagi Anies untuk bergerak dan terlepas dari jeratan kaum intoleran. Sebaik apapun perkataan Anies mengenai toleransi maupun persatuan, rasanya hampir mustahil baginya untuk bisa menindak para kaum radikal, karena merekalah yang memenangkan Anies sebagai gubernur DKI Jakarta, dengan menebarkan ‘ketakutan’ atau yang kita kenal akrab dengan istilah ‘teror’, bagi warga Jakarta.(seword.com)
HALAMAN SELANJUTNYA:

iklan banner

Back To Top